Menghadapi Tenaga Kerja Asing dengan Kompetensi
Masih sering kita dengar bahwa banyak tenaga kerja asing masuk ke Indonesia
Dan kita menyalahkan siapa saja...
Mungkin juga termasuk saya
Ketika saya ikut pelatihan Assesor untuk yang kedua kalinya pada bulan April 2017 ada cerita yang sangat menarik.
Yaitu tentang menghadapi serbuan tenaga kerja asing dengan kompetensi dan tentang Bu susi pada waktu itu.
Yang pertama diceritakan adalah tentang serbuan tenaga kerja asing.
Ada yang bilang karena pemerintah sekarang pro asing sehingga mengizinkan pekerja asing masuk ke Indonesia
Mungkin benar juga, ....
..tetapi..
setelah saya ingat-ingat ketika masih duduk di bangku SD (sekitar 90an), guru saya selalu bilang akan adanya Globalisasi di tahun 2010-an keatas.
Kalau waktu itu narasinya sangat positif.
"Nanti globalisasi, jadi peluang anak-anak lebih luas, bisa ke seluruh ASEAN"
"Jadi diminta giat belajar"
Kata guruku.
Walaupun waktu itu ga kebayang juga.
Dan..
.. saat ini MEA sudah dibuka, artinya kita bisa kerja ke seluruh ASEAN dan mereka juga bisa ke sini.
Mungkin tidak hanya ke ASEAN, bahkan lebih.
Itupun kalau sanggup jauh dari pacar dan orang tua.
Artinya saingan kita adalah lulusan SMK dan Universitas se-Asia.
Dengan situasi lapangan kerja yang cukup sedikit, pasti kita ingin bilang jangan boleh mereka masuk ke Indonesia.
Banyak orang kita yang belum kerja, dan berwira usaha.
Bla... bla... bla...
Ternyata pemerintah tidak tinggal diam. Dan berusaha menahan mereka dengan memberi 2 password.
Password yang pertama adalah Kompetensi
Karena menghormati keputusan para pemimpin negara zaman Pak Harto maka tinggal kompetensi yang bisa membentengi kita semua.
Sayangnya
Kesadaran akan kompetensi dan sertifikasi dari kita masih sangat kurang.
Bahkan pemegang sertifikat kompetensi masih belum pede dalam bekerja, dan cenderung kurang jam terbang.
Kecuali para praktisi yang di sertifikasi.
Bahkan dalam obrolan di beberapa group di facebook, beberapa bilang agak lantang.
Sertifikasi, apa gunanya ?
Mungkin karena sering ketemu dengan pemegang sertifikat yang kurang bisa membuktikan.
Padahal diluar sertifikasi kompetensi begitu masif dan terus dilakukan. Karena kesadaran mereka yang begitu tinggi.
Contohnya Filipina siap dengan pekerja seni mereka yang sudah tersertifikasi untuk keluar negeri.
Dan mungkin negara-negara lain.
Di sisi lain,
Standar kompetensi kita juga masih belum banyak. Walaupun sekarang sudah tumbuh cukup baik.
Jadi misalkan kita ada projek X, dan kualifikasi yang mengerjakan harus menguasai X1, X2, dll. Kita tidak bisa suplai tenaganya.
Mungkin yang ahli banyak
Tetapi yang dapat lisensi tidak ada, karena standarnya sendiri belum ada.
Tapi kita masih aman.....
Karena password kedua adalah bahasa.
Dilema juga ....
Ketika indonesia begitu ketinggalan soal transportasi publik, pemerintah saat ini ingin membangun MRT, LRT, kereta cepat, dan juga listrik 35.000 Watt.
Permasalahnnya
Pemerintah diminta menyediakan tenaga untuk 42 bidang kompetensi.
Dan yang jadi masalah.
Kita tidak bisa menyediakannya. Karena standar kompetensinya belum ada. Itu cerita di 2017 ya. Mungkin sekarang sudah ada.
Sepertinya ini yang membuat password kedua yaitu bahasa dilanggar.
Nunggu standar dan sertifikasi ?
Atau
Tetap jalan sambil nunggu projek jadi dan tetap terus sertifikasi.
Mungkin ini jawaban kenapa banyak pekerja asing yang tidak bisa bahasa indonesia.
Ibarat orang ingin membangun rumah,
.... eh anaknya ga ada yang bisa bantu, akhirnya ambil dari luar supaya rumah cepat selesai.
Artinya kita semua dan pemerintah harus segera berbenah dengan meningkatkan kompetensi bidang kita masing-masing.
Jangan mau jadi penonton.
Karena dimana-mana penonton bayar. Kalau menjadi pemain dibayar mahal.
Kadang saya berfikiran......
Ah itu salah pemerintah.
Pemerintah kan bisa cetak ribuan sertifikat kompetensi dalam semalam, hehe
.... cuman kalau kita yang dapat sertifikat ga bisa bersaing buat apa?
Jadi pemerintah atau pemerintah plus kita?
Sudahkah saya kompeten?
sudahkah saya Ahli?
Sudahkan saya Bisa!
Mari bendung tenaga asing dengan kompetensi kita.
30 % penduduk ASEAN ada di indonesia, menguasai Indonesia artinya menguasai ASEAN.
Cerita Menteri lulusan SMP
Mungkin kita semua sudah menduga siapa orangnya.
Yup, ibu susi.
Diceritakan ibu susi ingin mengambil sertifikat kompetensi. Untuk ujian kompetensi beliau diuji oleh 7 orang ahli di bidang kelautan, dll.
Plus master assesor.
Ketika diuji kompetensi, disimpulkan ibu susi lulus Level 9 untuk 3 bidang kompetensi.
Level 9 artinya ahli dan boleh dibilang setingkat doktor.
Artinya beliau bisa teori, bisa praktek dan membunyai sikap yang baik.
Cerita tentang pecel lele
Kenapa sih banyak yang bilang susah cari kerja?
Padahal kalau industri juga selalu bilang susah cari karyawan.
Wah ada yang salah dimana?
Saya mau cerita tentang ilustrasi Pecel lele,..
kalau kita beli mungkin harga 12.000.
Syaratnya harus ada lele, sambel dan lalapan. Kalau ga ada lalapnya, mungkin masih oke kita terima, cuman kalau tidak ada lelenya maukah anda bayar 12.000?
Ga mau kan.
Maksudnya apa sih?
Ada banyak pelamar kerja ingin bekerja sebagai mekanik.
Ketika saya tes,...
... tanya mesin 4 langkah, tanya komponen mesin, dia menjawab lupa atau tidak diajarin.
Artinya ibarat pecel lele tadi, yang saya dapat baru lalapannya aja, tidak ada lele-nya.
Wah saya salah ngetes anak jurusan tata boga kali.
Mari berusaha kompeten.
SMK bisa.
Mari berdemo,
...untuk minta tingkatkan kompetensi kita. Tanpa peningkatan kompetensi kita akan kesulitan bersaing dengan negara lain.
KOMPETEN !
BISA !
Posting Komentar untuk "Menghadapi Tenaga Kerja Asing dengan Kompetensi"